hubungan bilateral indonesia australia mata kuliah sejarah asutralia pasifik
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – AUSTRALIA
Dalam Mata Kuliah
SEJARAH AUSTRALIA – PASIFIK
SEJARAH IV A
Disusun Oleh:
FATKURRAHMAN
SEPTIAH WIDYA NINGSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVESITAS BATANGHARI
JAMBI
PEMBAHASAN
A. Beberapa catatan dalam hubungan bilateral Indonesia – Australia
Sebagai suatu benua berbentuk pulau yang terletak di antara samudra hindia dan pasifik, diapit oleh kepulauan Asia Tenggara dan daratan kutub selatan, secara geografis Australia berada pada posisi terisolasi. Negara tetangga terdekat bagi Australia, paling tidak sampai Papua New Guinea merdeka, adalah Indonesia yang sebelum merdeka terkenal dengan nama Hindia Belanda.
Sebelum perang dunia II, Australia hanya menaruh sedikit perhatian dan kontak dengan Hindia Belanda. Sebagai domion Inggris, Australia menyadarkan diri pada hubungan diplomatik langsung antara Inggris dan Belanda. Karena kedua negara itu cukup stabil dan bersahabat, Australia cukup puas dengan sikap apatis terhadap Hindia Belanda. Sikap netral Belanda dalam politik luar negrinya, serta masih kuatnya kedudukan Inggris di malaya (malaysia sekarang) pada waktu itu, memberi rasa aman bagi Australia. George 1980 mencatat bahwa pada waktu Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaannya pemerintah dan rakyat Australia memberikan rasa simpati dn dukungan terhadap republik indonesia yang baru lahir itu. Ketika kemerdekaaan indnesia mencapai pengakuan inernasoinal pada akhir tahun 1949 ( dalam bentuk RIS sesudah KMB) Barangkali Australia berada pada posisi yang lebih tinggi dalam memberikan penghargaan dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan Australia beranggapan bahwa Australialah “ sponsor” kemerdekaan dan keanggotaan indonesia di PBB. Hubungan indonesia australi nampak membaik ketika pada buan juni 1968 Gorton mengunjungi indonsia. Langkah gorton ini kemudian diikuti oleh perdana menteri penggantinya, Mc Mahon. Whitlam dengan tekun memulihkan hbungan indonesia Australia yag sesungguhnya sudah dibangun oleh australia pada akhir tahun 1942.
Kerjasama Indonesia – Australia
Dari hasil kerjasama dengan Australia ini telah dicapai kesepakatan dan beberapa kerjasama yang cukup menguntungkan kedua belah pihak terutama di sector peternakan.
Kerjasama bilateral Indonesia - Australia di bidang Pertanian khususnya sector peternakan telah berlangsung dalam waktu yang lama. Australia telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan kini Indonesia termasuk negara yang bebas PMK dan diakui secara internasional. Australia juga telah membantu Indonesia membangun Balai Penelitian Peternakan di Ciawi - Bogor.
Kerjasama di bidang pertanian antara Indonesia dan Australia diwadahi dalam suatu Working Group yaitu WGAFC. Pada pelaksanaan Sidang WGAFC XI di Melbourne, Ketua WGAFC Australia dipimpin Dr. Paul Morris, Executive Manager of Market Access and Biosecurity-AFFA, sedangkan Ketua WGAFC XI Indonesia adalah Dr. Delima Hasri Azahari. Struktur organisasi WGAFC terdiri dari 4 Task Force yaitu (1) Task Force on Crops and Plant Products, (2) Task Force on Agribusiness and Support System, (3) Task Force on Livestock and Animal Products, (4) Quarantine Consultation.
Beberapa kesepakatan dalam pertemuan WGAFC XI tanggal 3 – 5 Maret 2005 di Melbourne tersebut adalah sebagai berikut :
1. Investment opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector
Bayiss Associates Pty Ltd telah melakukan analisis dan menyampaikan informasi bahwa beberapa sektor yang berpeluang dan perlu dilihat serta dipertimbangkan oleh pengusaha-pengusaha Australia diantaranya dalam: pengolahan keju, pengolahan sapi, pengembangan usaha roti, pengolahan dan pengepakan.
2. Post Tsunami Reconstruction
Australia melalui ACIAR (Dr. John Skerritt) menginformasikan bahwa pemerintah Australia telah memberikan bantuan kemanusiaan diantaranya : kesehatan dan sanitasi air; koordinasi dan jasa pendukung; produk-produk makanan berkisar $ 33 juta. Hal ini ditegaskan pula dalam pernyataan Perdana Menteri Howard, bantuan Australia sebesar $ 1 milyar melalui Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD). Bantuan yang diberikan berupa hibah sebesar $ 500 juta dan loan jangka panjang sebesar $ 500 juta. Fokus bantuan dalam proyek pengembangan ekonomi dan sosial .
3. Task Force on Crops and Plant Products:
1. Proyek yang disepakati diantaranya adalah : the Efficiency of the Indonesian Vegetable Supply Chain (pihak Indonesia mengharapkan pendanaan dapat diarahkan kepada ACIAR, sementara pihak Australia masih melihat kemungkinannya dari Victorian Government, ACIAR atau DAFF); Revitalisation of the potato seed project (sumber pendanaan dari pemerintah Western Australia); New project proposal for the cotton, mango, sugar and cashew nut industries (akan didiskusikan lebih lanjut oleh kedua belah pihak melalui Ketua Task Force masing-masing).
2. A Fresh project proposal on a horticultural centre of information (akan diperbaiki dan dikomunikasikan lebih lanjut oleh ketua TF masing-masing).
4. Task Force on Agribusiness Support System:
Sebagai follow-up dari kesepakatan Joint Meeting WGTII dan WGAFC telah dilakukan survey dan penelitian oleh Bayiss Associates Pty Ltd Investment Opportunities in the Indonesian Food and Agriculture Sector direncanakan akan dipublikasikan, namun dalam pertemuan Task Force ini telah dibahas dan diputuskan untuk lebih disempurnakan oleh DAFF dan akan dikomunikasikan antara Ketua Task Force masing-masing.
5. Task Force on Livestock and Animal Products
· Disepakati pula untuk mengkomunikasikan lebih lanjut dalam setahun ini dalam melaksanakan: pelatihan bagi pegawai pemerintahan Indonesia dalam bidang management and business planning; joint investasi dalam industri penyamakan kulit di Indonesia, peluang investasi dalam industri susu di Indonesia, realisasi dari peluang ekspor pakan ternak ke Australia dan kerjasama dengan Universitas Murdoch.
· Isu pihak Indonesia tentang memberikan batasan berat sapi hidup yang akan diekspor ke Indonesia guna melindungi para peternak lokal, pihak Australia perlu klarifikasi lebih lanjut.
6. Quarantine Consultation
1. Australia akan menyediakan overview untuk kegiatan-kegiatan dari capacity building, termasuk SPS Capacity Building Program dan PRA workshops yang ditanggung DAFF. Pihak Indonesia sangat mendukung pelaksanaan whokshop dimaksud dan akan lebih bagus lagi PRA seminar akan dilaksanakan di Jakarta.
2. Isu-isu yang diangkat dalam pertemuan Tripartite (Indonesia – Australia – PNG) dan Bilateral (Indonesia – Australia) bidang Perkarantinaan dan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan, Pebruari 2005 di Canberra – Australia
3. Pembatasan usia ekspor sapi hidup ke Indonesia, pihak Indonesia mengusulkan sebaiknya mengadakan komunikasi yang intensif dengan institusi terkait dalam hal ini Ditjen Peternakan.
4. Penyelundupan Daging, disepakati kedua belah pihak bahwa untuk menanggulangi penyelundupan daging ke Indonesia ini perlu lebih meningkatkan kerjasama melalui tukar menukar informasi dalam pengiriman daging termasuk pengapalannya.
5. Kegiatan survey-survey pest and disease, selama ini dilakukan oleh Northern Australia Quarantine Strategy (NAQS) dari pihak Australia termasuk dalam penanganan Avian Influenza (Flu Burung), pihak Indonesia mengusulkan agar kegiatan tersebut juga mencakup penyakit mulut dan kuku di batas-batas wilayah.
6. Operasi Perbatasan, disepakati antara pihak Indonesia, Australia, Papua New Guinea dan Timor Leste untuk mendirikan Joint Study Team untuk meneliti infrastruktur dan fasilitas karantina yang diperlukan di perbatasan Timor Leste dan Papua New Guinea.
7. ISPM 15 (Pengemasan kayu), Indonesia telah memulai mengimplementasikan ISPM 15 (pengemasan kayu) dan berusaha menambah jumlah perusahaan yang memenuhi syarat/berakreditasi dalam hal ini, sedangkan Australia memberikan pandangannya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pengemasan kayu.
8. Bencana Tsunami telah menghancurkan sejumlah fasilitas karantina dan laboratorium, pihak Indonesia mengusulkan adanya bantuan pihak Australia pada area bencana merupakan bagian dari usaha untuk pembangunan kembali NAD dan Sumut.
9. Pertemuan ASEAN untuk Fruit Flies, Indonesia mengharapkan konfirmasi perkembangan lebih lanjut terkait dengan fruit flies project. Pihak Australia bersedia akan memberikan informasi project dimaksud.
Peran Australia dalam Komisi Tiga Negara 1947
Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.
Daftar pustaka
www.deptan.go.id/kln/bilateral.htm
Siboro.J.Drs. Sejarah Australia.1989.penerbit Tarsito:bandung
Komentar
Posting Komentar