Namanya Indah, dan memang indah
Tingginya kurang lebih 165-an,
badannya ramping, rambutnya pendek, Kulitnya putih. Sekilas dari jauh Cuma itu
yang kelihatan darinya. Senyumnya manis, dengan lipstick merah menyapa siapa
saja yang di dekatnya.
“Mbak” aku Cuma mengatakan itu
ketika ia mondar mandir agak jauh di depanku. Ia mendatangiku. O ternyata
namanya ‘Indah’. Aku membaca di papan nama yang ditempelkan di dada sebelah
kanan. Aku tak mau lama-lama membaca nama itu, nanti dikira porno.
“menunya mbak” masih belum
berkata-kata ia hanya tersenyum sambil meletakkan kertas menu di atas meja. Ia
segera hilang,
Setelah menemukan menu Kesukaanku.
Ku tulis dan selesai. Kulihat sekeliling, para waiters sangat jauh jaraknya
dari mejaku, tidak mungkin aku berteriak, aku tunggu saja salah satunya
mendekat, tak disangka ternyata yang muncul ke depanku tanpa kupanggil indah
tadi.
“mie goreng sapi satu, lemonade
nya satu” ia mencoret-coret kertas menu yang dipegangnya tadi. Tak lama
kemudian
“semuanya jadi 35 ribu bang”
Aku mengeluarkan dompet,
mengambil uang dan menyerahkan ke dia,
“Indah bener-bener indah ya” aku
menggoda, dia Cuma tersenyum kecil tidak berkata apa-apa, barangkali dalam hati
dia ngomong “dari lahir juga udah gini kali bang”.
“silahkan menunggu sebentar ya
bang”, aku mengangguk. Dia hilang lagi.
Dia muncul lagi, tapi kali ini
dia tidak ke-arahku. Dia melayani yang lainnya. Aku terus memperhatikannya.
Agaknya dia juga tahu kalau aku memperhatikan dia. Aku semakin semangat saja
melihatnya. kalu diperhatikan secara seksama indah ini mirip dengan ‘Fenita
Arie’, artis yang sering jadi host acara
olahraga.
Nah, ini dia benar-benar muncul
kearahku, membawa nampan, dan itu pesananku.
“silahkan bang, ini kembaliannya”
ia mengatur makanan dan minumnya di atas meja, lalu menyerahkan uang kembalian.
“Indah sudah makan? Makan yuk?”
aku bergurau
“sudah kok bang” lagi-lagi
senyumnya melelehkan es dalam gelas lemonade-ku.
Aku segera makan, minum. Dan tak
melihat indah lagi. Ternyata tanpa aku sadar ia dari arah belakangku, tampaknya
ia baru saja melayani pelanggan lainnya.
“ehm” katanya
Aku grogi, mie ini terasa keras dan
dingin sekali, seperti baru dimasukkan kulkas saja, dan dingginnya menjalar ke
tanganku, kakiku, hatiku, mataku, bibirku. Aku meliriknya, ia melirikku juga,
kemudian berlalu dan hilang lagi.
Ah, perasaan apa ini, aku kehilangan
semangat makan, berubah menjadi semangat untuk ketemu indah lagi, tapi kemana,
kok tidak muncul lagi. Akhirnya makan ku pun selesai juga, tapi aku belum
melihat indah lagi, sudah hampir 10 menit aku sengaja duduk menunggu, tapi
belum ada juga ia muncul. Pikiranku berkecamuk, aku harus kenal dengan indah,
bagaimanapun caranya.
Agaknya memang rejeki bertemu
indah tak datang lagi, aku sudah bosan duduk. Aku lihat sekeliling. Nah, aku
menemukan ide juga. Segera saja kupanggil salah satu waiters yang sedang tidak
jauh denganku. Ku ambil kertas bill nya, ku ambil pena dari tasku, ku tulis
begini
untuk Indah,
dari aku yang tadi duduk di meja 04
085789310xxx call me ,please
Akan senang mengenalmu lebih dekat gadis terindah
“Iya bang, ada yang bisa dibantu”
“kenal indah kan?”
“iya kenal, kenapa memangnya?”
“ini saya titip, tolong
disampaikan ke indah ya, tolong ya mbak”
Waiters itu tersenyum, dan
mengangguk, dilipatnya kertas ku tadi, di masukkanya ke saku.
“makasih sebelumnya mbak”
“iya sama-sama’
Aku pulang, dan tak merasa
apa-apa. Aku bahkan lupa jika tadi aku baru saja punya perasaan menggebu dengan
Indah. Malamnya sekitar jam setengah 10 handphone ku berbunyi, ternyata ada sms,
ku buka :
Ini abang yang ke Solaria siang tadi ya. . .?
Iya, ini indah ya…?
Iya, abg namanya siapa. . . ?
Dst…
Dan inti yang terpenting dari
sms-an ku malam ini adalah bahwa besok jam setengah 10 malam aku mau jemput dia
pulang kerja.
Malam pun larut, aku tidur,
Pagi datang, aku kuliah
Siang datang, aku makan
Sore datang, aku kuliah lagi
Magrib datang, aku sholat
Selesai magrib, aku istirahat
Jam Sembilan, aku berangkat,
Setengah 10 kurang 15 enit aku
sudah sampai di depan WTC, aku menunggu ditempat yang sudah dijanjikan. 15
menit berlalu, mulai bermunculan di depanku gadis-gasdis memakai jins hitam,
kaos hitam berkerah pink, tampaknya karyawan Solaria sudah mulai pulang, aku
belum melihat indah. Tak lama kemudian muncul indah.
“kakak, (ia memanggil kakak sejak sms-an tadi malam), sudah lama ya kak?”
“belum kok, Gimana langsung
pulang atau jalan-jalan dulu?”
“terserah kakak saja, indah ngikut”
Kami pun berkeliling, berhenti,
minum, makan, bercerita. Bercerita apa saja. Jam 11 kuantar ia pulang.
Sesampainya dirumah, aku buka
handphone ku, Ada sms dari indah.
Makasih bnyak ya kakak. . .
Indah seneng bgt udh diajak jalan dgn kakak. . .
Good night kak J
Miss u. . .
Hari berganti hari, menjadi
minggu, menjadi bulan, kami masih tetap berhubungan, sms-an, teleponan walau bukan
sebagai pacar, tapi indah sudah terlanjur menjadi gadis istimewa, sebenarnya ada
sebuah hal yang mendasar mengapa sampai kita tidak menjalin hubungan yang lebih
serius. Keadaan, jarak, pekerjaan, dan perasaan membatasi kami untuk
berhubungan yang lebih serius. Biarpun begitu, aku pernah cemburu ketika ia
bercerita tantang teman lelakinya, dan ia pun pernah ngambek ketika aku bilang
aku kerumah teman perempuanku. Hal aneh, yang wajar. Aku selalu tertawa saja,
ketika aku ke Solaria, maka dia akan aku Sms, dan kemudian indah selalu datang
menghampiriku, bahkan kami bermain kode untuk saling menyapa. indah memang
indah.
Kenyataan sebenarnya terjadi,
ketika ia pulang ke Depok, dimana ada rotasi/roling karyawan Solaria. Sebelum
pulang ia sempat menelponku untuk berpamitan, karena kesibukanku dan
kesibukannya, kami tak sempat bertemu lagi untuk mengucapkan salam perpisahan.
Indah sekarang entah dimana, bagiku,
perasaan apapun dulu yang pernah muncul dengannya adalah sebuah pelajaran
menguatkan hati, untuk semakin siap menghadapi masa depan, baik itu pertemuan,
ataupun perpisahan.
Sebuah cerita singkat mengenalmu
Indah yang terindah.
#cerita nyata dengan beberapa
penyesuaian.
Komentar
Posting Komentar