Sunari dan Winari
Padahal hari belum petang, ketika Sunari melangkahkan kaki kerumah Winari. seperti biasanya, se kresek Martabak manis sudah ia tenteng ditangan kirinya. sementara tangan kanannya mengutak atik Handphone.
"win, dirumah kan?"
ia tak mempedulikan azan magrib yang segera datang, hatinya sudah dipenuhi amarah 'rindu'. ya memang sudah setahun ini sunari merantau ke Bali, menjadi supir pak Jolo yang dulu pernah kerja di kota ini. tak pernah memberi kabar kepada winari, ia berharap kekasihnya itu menunggu di beranda rumah. jarak rumah Sunari dan Winari sendiri tak begitu jauh untuk ukuran perkampungan pinggiran kota, sekitar 1 Km.
entah mengapa ia tak membawa kendaraan. selangkah-dua langkah kakinya berayun menapaki pinggir aspal. sementara di kejauhan suara speaker di masjid-masjid bersahut-sahutan mengumandangkan sholawat Tahrim.
"mau kemana Nar?" Pak Yono yang berusaha mendahuluinya menyapa
"ngg, mau kerumah Winari pak,"
"apa ndak kesorean Nar?"
"tidak pak, nanti sekalian magriban disana"
"yasudah saya duluan ya"
"silahkan pak"
pak yono bergegas.
bersambung....
"win, dirumah kan?"
ia tak mempedulikan azan magrib yang segera datang, hatinya sudah dipenuhi amarah 'rindu'. ya memang sudah setahun ini sunari merantau ke Bali, menjadi supir pak Jolo yang dulu pernah kerja di kota ini. tak pernah memberi kabar kepada winari, ia berharap kekasihnya itu menunggu di beranda rumah. jarak rumah Sunari dan Winari sendiri tak begitu jauh untuk ukuran perkampungan pinggiran kota, sekitar 1 Km.
entah mengapa ia tak membawa kendaraan. selangkah-dua langkah kakinya berayun menapaki pinggir aspal. sementara di kejauhan suara speaker di masjid-masjid bersahut-sahutan mengumandangkan sholawat Tahrim.
"mau kemana Nar?" Pak Yono yang berusaha mendahuluinya menyapa
"ngg, mau kerumah Winari pak,"
"apa ndak kesorean Nar?"
"tidak pak, nanti sekalian magriban disana"
"yasudah saya duluan ya"
"silahkan pak"
pak yono bergegas.
bersambung....
Komentar
Posting Komentar